Betapa pentingnya sosok guru di mata Sang Kaisar saat kondisi Jepang porak-poranda akibat bom atom itu tentu tak jauh beda seperti di masa pandemi saat ini. Ya, pandemi virus Corona Covid-19 memang telah meluluhlantakkan segala sendi kehidupan manusia. Salah satu yang paling terasa adalah dalam bidang pendidikan.

Sesuai data yang dirilis UNESCO, sejak virus Covid-19 menjadi pandemi, lebih dari 1,5 miliar siswa di 165 negara di dunia harus belajar dari rumah (BDR). Di Indonesia sendiri—merujuk data Kemendikbud—ada lebih dari 68 juta siswa mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdampak oleh pandemi.

Jika sebelumnya sekolah merupakan “rumah kedua” bagi para siswa, kini di tengah badai pandemi ini keadaannya pun berbalik: rumah menjadi “sekolah kedua” bagi mereka. Teknik dan metode pembelajaran yang harus dilakukan oleh sosok guru pun dituntut berubah, dari yang klasikal menjadi berbasis digital dengan memanfaatkan gawai dan internet. Sayangnya, sosok guru yang diharapkan mampu menjadi lentera di tengah badai pandemi ini belum semuanya mumpuni dalam hal penggunaan teknologi untuk pembelajaran. Terbukti, dari hasil survei yang dirilis KPAI pada akhir April 2020 yang lalu.

menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Bagaimana tidak, menurut hasil survei tersebut hanya 8 persen guru saja yang mengerti bagaimana cara memanfaatkan gawai secara optimal untuk pembelajaran daring. Selebihnya, 82,4% guru masih minim memakai gawai untuk belajar daring, dan 9,6% di antaranya bahkan sama sekali tidak pernah memakai gawai untuk belajar daring. Cukup memprihatinkan, bukan???

Selain terkendala dengan akses internet, sebagian besar siswa juga mengungkapkan bahwa selama ini banyak sekali guru yang hanya mengandalkan penugasan saat melaksanakan pembelajaran daring. Bagi siswa, metode seperti ini jelas membebani dan membuat mereka merasa ‘bosan’ alias jenuh. Apakah siswa-siswi Anda juga demikian, Kawan? Jika iya, berarti tak jauh beda dengan siswa-siswi saya di SMK DEK Business School Padang. Tapi, itu dulu.

Kini setelah Kemendikbud menyalurkan bantuan kuota internet gratis kepada para siswa dan saya sebagai seorang guru mencoba berbagai inovasi dalam pembelajaran, rasa ‘bosan’ yang dirasakan siswa pun berubah menjadi menyenangkan. Penasaran, hal apa yang saya

lakukan? Salah satu hal yang saya lakukan adalah dengan mengubah metode penugasan menjadi permainan melalui metode digital game based learning.

Game Based Learning – Saat ini, perkembangan peradaban manusia mengalami kemajuan di setiap tahunnya. Hal ini juga berlaku pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap tahunnya juga semakin bertumbuh pesat,

sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa manusia dituntut untuk terus bergerak dan mengikuti perkembangan zaman untuk bisa bertahan.

Hal ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, di mana terdapat banyak sekali model pembelajaran yang berguna untuk melatih dan meningkatkan kemampuan akademik siswa.

Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini mengharuskan seorang pendidik untuk terus beradaptasi dengan tren pembelajaran kreatif dan modern saat ini.

Hal ini bertujuan agar proses KBM bisa selalu relevan dengan karakteristik peserta didik dan bisa efektif.

Generasi Z saat ini umumnya menyukai sesuatu hal yang kreatif, praktis dan menyenangkan dalam berbagai aktivitas, termasuk ketika belajar.

Berkaitan dengan Game Based Learning dapat diartikan sebagai metode pembelajaran dengan menggunakan game (permainan)

yang bertujuan untuk membantu memudahkan proses pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi menarik, bahkan bisa meningkatkan efektivitas pembelajaran

Digital game based learning merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan aplikasi permainan untuk membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Asal tahu saja, saat ini ada banyak sekali lho platform digital yang bisa kita gunakan untuk membuat sebuah game pembelajaran. Saya sendiri memanfaatkan wordwall.net, sebuah website yang

memungkinkan kita bisa meciptakan game interaktif dengan sangat mudah. Bagaimana cara membuat game interaktif melalui wordwall.net?

Pertama, buka website wordwall.net, kemudian lakukan pendaftaran dengan mengklik “Sign In”. Jika sudah memiliki akun Gmail, kita bisa langsung “Log In” kemudian pilih “Sign In with Google”. Setelah memasukkan alamat Gmail dan password, maka kita pun akan diarahkan ke halamn “My Activities”.

Langkah selanjutnya adalah memilih template yang diinginkan kemudian mulai membuat game. Jika kita baru pertama kali membuat game di Wordwall, kita bisa langsung mengklik

“Create Your First Activity Now” kemudian memilih salah satu template yang tersedia. Adapun untuk 

game kedua dan seterusnya, kita bisa memilih template game melalui halaman “Home”.

Sebagai informasi, Wordwall menyediakan dua jenis akun bagi usernya. Jika menginginkan yang free alias gratis, kita bisa memanfaatkan akun basic dengan 18 pilihan template yang bisa kita gunakan untuk membuat maksimal lima buah game interaktif. Adapun jika

menginginkan yang berbayar, kita bisa mengupgrade ke akun standar dengan 18 pilihan template ataupun akun pro dengan 34 pilihan template game. Sekadar tips saja, jika jatah

lima game pada akun basic telah habis, kita tetap bisa membuat game lagi dengan cara log in melalui 

akun Gmail yang berbeda.

Nah, setelah memilih template, langkah selanjutnya adalah membuat game. Caranya, kita tinggal menuliskan soal beserta jawabannya di kolom-kolom yang tersedia. Kolomnya ini berbeda-beda ya, sesuai dengan template game yang kita pilih. Sebagai contoh saja, saya memilih template “Maze chase”.

Aturan main game “Maze chase” ini siswa harus menjalankan “lakon” yaitu sosok berwarna

merah ke zona jawaban yang benar sambil menghindari musuh. Cara menggerakkannya bisa dilakukan dengan mouse ataupun tombol panah atas, bawah, kanan, dan kiri yang ada pada laptop. Nah, untuk membuat game ini, saya cukup menuliskan judul game, menuliskan soal, beberapa pilihan jawaban, serta memberi tanda centang di depan jawaban yang benar.

Setelah selesai, kita tinggal mengklik “Done”.

Setelah itu, lakukan beberapa pengaturan game. Mulai dari mengatur waktu, kesempatan hidup, tingkat kesulitan, hingga pengaturan leaderboard atau papan peringkat. Setelah

melakukan pengaturan game, kita tinggal membagikannya dengan cara klik “Share” dan “Set Assignment”. Jangan lupa isikan judul hasil pada “Results title”, atur deadline dan beberapa pengaturan lainnya, baru kemudian klik “Start”.

Jika sudah sampai di sini, kita tinggal mengcopy link yang ada di dalam kolom kemudian membagikannya kepada siswa melalui platform kelas maya yang kita gunakan, seperti

Classroom ataupun Office 365. Tentu saja, sebelum membagikan link tersebut, kita harus mengawali pembelajaran dengan apersepsi—baik melalui video converence ataupun video yang diupload di Youtube—serta memberikan bahan pembelajaran melalui bloataupun

media lainnya.

Lantas, setelah para siswa bermain game, di mana kita bisa melihat hasilnya? Hasil skor ataupun nilai siswa bisa kita lihat melalui menu “My Result”. Tak hanya skor atau nilai siswa, di menu ini kita juga akan mendapatkan analisis data mulai dari berapa jumlah siswa yang mengerjakan, skor atau nilai ratarata, papan peringkat, hingga soal mana yang jawabannya salah 

paling banyak. Data-data ini tentu saja sangat bermanfaat untuk kita gunakan sebagai acuan dalam membuat program remidial ataupun pengayaan di pembelajaran daring selanjutnya. Keren kan?

Nah, itulah cara mudah menciptakan game interaktif melalui wordwall.net yang bisa kita gunakan sebagai media dalam pembelajaran berbasis game digital. Game “Maze chase” ini sendiri hanyalah satu di antara banyak digital game yang bisa kita ciptakan melalui

wordwall.net. Anda para guru tentu bisa berkreasi dengan game-game lainnya, apapun mata pelajaran yang Anda ampu dan materi pembelajaran yang akan Anda sampaikan kepada siswa.

Omong-omong, cukup sederhana bukan? Meski sederhana, metode digital game base learning dengan 

memanfaatkan game “Maze chase” ini secara tidak langsung ternyata

terbukti ampuh dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan siswa terhadap materi 

pembelajaran lho. Ya bagaimana tidak, untuk menyelesaikan game yang

mengasyikkan ini, para siswa dituntut untuk belajar terlebih dahulu.

Bahkan lebih dari itu, digital game base learning juga terbukti sangat efektif untuk

mendongkrak motivasi siswa saat belajar daring dari rumah. Pasalnya, berkat digital game base learning ini, pembelajaran daring pun tak lagi bikin “bosan”. Akhirnya, selamat berkreasi ya, 

Bapak Ibu Guru!

Sekian dari penulis, besar harapannya atas apa yang ditulis bisa bermanfaat untuk semua pihak.

Terima kasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kirim Pesan
Terimakasih, kami lagi ada Promo yang sangat menarik untuk 5 orang pertama ! silahkan lanjut chat untuk info lebih lanjut